Pengertian Evaluasi Program Latihan Dan Pengembangan

Pengertian Evaluasi Program Latihan Dan Pengembangan

 “Perusahaan mungkin sudah mengeluarkan biaya pelatihan bagi karyawannya, agar dapat mengerjakan hal teknis ditemui di pekerjaan sehari-hari. Situasi pandemic mengakibatkan semua biaya pelatihan yang telah dikeluarkan menjadi sia-sia. Padahal perusahaan sudah melakukan investasi cukup besar untuk melatih karyawannya.” Apakah anda menemui hal seperti ini di perusahaan tempat anda bekerja. Diskusikan evaluasi program pelatihan yang sebaiknya dilakukan.”

Selamat Berdikusi

Salam

Apakah yang dilakukan perusahaan dalam evaluasi program pelatihan yang sebaiknya dilakukan perusahaan? Sebaiknya kita mengenal dulu apa itu teori evaluasi program pelatihan?


DEFINISI:

Evaluasi program latihan dan pengembangan ini adalah sebagai penetapan kriteria keberhasilan peserta sebagai tolak ukurnya. Suatu program latihan memang sangat perlu untuk dievaluir sebab dengan evaluasi akan diketahui seberapa banyak usaha latihan ini bisa mengubah perilaku dari peserta sesuai dengan yang diharapkan oleh pelatih dan perusahaan.

Adapun pengukuran efektifitas penilaian meliputi penilaian menurut (Simamora, 1997) :

a. Reaksi-reaksi yaitu bagaimana perasaan partisipan terhadap program.

b. Belajar yaitu pengetahuan, keahlian, dan sikap-sikap yang diperoleh sebagai hasil dari pelatihan.

c. Perilaku yaitu perubahan – perubahan yang terjadi pada pekerjaan sebagai akibat dari pelatihan.

d. Hasil-hasil yaitu dampak pelatihan pada keseluruhan efektifitas organisasi atau pencapaian pada tujuan – tujuan organisasional.

Pengukuran reaksi dan belajar yang bersangkut paut dengan hasil-hasil program pelatihan saja disebut dengan kriteria internal. 

Menurut Donald. L. Kirkpatrick (1959) dengan menggunakan empat (4) level ini dalam mengkategorikan hasil-hasil pelatihan. Empat level tersebut adalah level reaksi, pembelajaran, perilaku dan hasil. Keempat level dapat dirinci sebagai berikut :

Level 1 : Reaksi

Mengukur tingkat kepuasan peserta pelatihan. Komponen-komponen yang termasuk dalam level reaksi ini yang merupakan acuan untuk dijadikan ukuran. 

Level 2 : Pembelajaran

Pada level evaluasi ini untuk mengetahui sejauh mana daya serap peserta program pelatihan pada materi pelatihan yang telah diberikan, dan juga dapat mengetahui dampak dari program pelatihan yang diikuti para peserta dalam hal peningkatan knowledge, skill dan attitude mengenai suatu hal yang dipelajari dalam pelatihan.

Level 3: Perilaku

Pada level ini, diharapkan setelah mengikuti pelatihan terjadi perubahan tingkah laku peserta (karyawan) dalam melakukan pekerjaan. Dan juga untuk mengetahui apakah pengetahuan, keahlian dan sikap yang baru sebagai dampak dari program pelatihan, benar-benar dimanfaatkan dan diaplikasikan di dalam perilaku kerja sehari-hari dan berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kinerja/ kompetensi di unit kerjanya masing-masing.

Level 4 : Hasil

Hasil akhir tersebut meliputi, peningkatan hasil produksi dan kualitas, penurunan harga, peningkatan penjualan. Tujuan dari pengumpulan informasi pada level ini adalah untuk menguji dampak pelatihan terhadap kelompok kerja atau organisasi secara keseluruhan. 

Begitu penting pelatihan bagi karyawan dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas perusahaan dalam pesaingan bisnis maka dengan ini karyawan harus melakukan atau mengikuti pelatihan ditengah pademic dengan mengunakan daring namun kesulita dan tantangan pelaksanaan pelatihan ini dapat di jelaskan sebagai berikut:

Tantangan pelaksanaan pelatihan daring di masa pandemi Covid-19. Pertama, peserta pelatihan yang pasif.

1.Peserta pasif akan menyulitkan instruktur/trainer untuk mengetahui apakah peserta mengerti atau tidak terhadap materi yang diberikan. "Solusinya, trainer/instruktur harus dapat membaca situasi dan banyak melakukan kegiatan-kegiatan yang interaktif.

2. Trainer harus terus terhubung dengan peserta. Sebab saat instruktur/trainer memberikan pelatihan daring, sering kali peserta mengalami “gangguan” dari lingkungan di sekitarnya. Untuk itu, para peserta harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya, termasuk mencari tempat yang tidak banyak “gangguan”.

4. Melakukan kolaborasi antar peserta. Biasanya, apabila pelatihan dilakukan secara tatap muka, trainer/instruktur dapat membagi kelompok peserta menjadi beberapa kelompok untuk diberikan tugas kelompok.  

5. Infrastruktur jaringan internet. Sebagai negara berkembang, infrastruktur untuk jaringan internet di Indonesia masih menjadi tantangan karena belum semua daerah di Indonesia telah ter-cover jaringan internet yang memadai.

Karena berbagai kesulitan atau tantangan saat peningkatan pelatihan SDM Secara khusus, 

Menurut Phillips dan Kirkpatrick menawarkan cara praktis untuk meramalkan potensi hasil-return on investment(ROI) dari pengembangan SDM yang diusulkan lebih mudah dalam penggunaannya. Dengan dukungan alat dalam pengambilan keputusan memungkinkan organisasi untuk secara cepat mengembangkan dan menguji kasus bisnis untuk berinvestasi dalam pengembangan SDM.

Evaluasi biaya pengembangan membandingkan biaya yang terjadi dan manfaat program SDM yang diterima oleh organisasi, dan dapat melibatkan dua kategori kegiatan yaitu evaluasi biaya-manfaat dan evaluasi biaya- evektivitas.

Analisis biaya-manfaat antara lain:

1. Melakukan Analisis Kebutuhan

2. Mengembangkan hasil belajar dan menganalisa transfer pengembangan

yang terukur.

3. Mengembangkan Tindakan Hasil

4. Pilih Strategi Evaluasi.

5. Merencanakan dan Melaksanakan Evaluasi

Analisis efektivitas biaya berfokus pada keuntungan finansial yang diperoleh dari pengembangan SDM,seperti peningkatan kualitas dan keuntungan, dan pengurangan limbah dan waktu proses. 

The Return of Investment

Pengembalian investasi (ROI) membandingkan manfaat pengembangan dengan biayapengembangan. Dimana rasio manfaat / biaya adalah manfaat program dibagi dengan biaya adapun rumus sbb:


               Net Programs benefit

ROI (%) = ----------------------------- X 100% 

                Programs cost


Ini adalah rumus dasar yang sama digunakan dalam mengevaluasi investasi lain dimana ROI secara tradisional dilaporkan sebagai laba dibagi dengan investasi.

KESIMPULAN:

Dari uraian teori diatas dan situasi pandemic evaluasi program pelatihan yang sebaiknya dilakukan dari evaluasi sumber daya manusia oleh perusahaan adalah sebagai berikut: Menyediakan informasi yang digunakan untuk menentukan efektivitas pengembangan,  Melakukan kajian analisis pengembangan dengan mengevaluasi biaya pelatihan dengan menggunakan cost-benefit atau analisis efektivitas biaya atau dengan mentransfer produktivitas SDM terlatih ke dalam monetermelalui analisis utilitas. 

Dengan Desain didasarkan pada analisis yang cermat dari bagaimana untuk meminimalkan ancaman terhadap validitas internal dan eksternal serta tujuan, keahlian perusahaan lain, karakteristik hingga ditengah situasi pandemic saat ini pengembangan jenis desain yang digunakan untuk evaluasi  apakah sebelum pengembangan dan hasil pasca pengembangan atau dengan cara membandingkan antara: Pengembangan SDM dengan kelompok pembanding, Manfaat pengembangan SDM dapat berwujud dan tidak berwujud yang hasilnya kita dapatkan dari data keras dan lunak. 

Bila evaluasi metode finansial dalam bidang pengembangan SDM sulit  diiterapkan pada data yang lunak (leadership, keahlian berkomunikasi, supervisory dll) maka kedepan harus lebih banyak diberikan perhatian metode evaluasi kualitaf. Hal yang penting adalah bahwa perhitungan ROI dapat dikembangkan secara andal dan akurat untuk hampir semua jenis program sumber daya dan kondisi apapun.

DAFTAR PUSTAKA:

Ardana, I Komang dkk. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha ilmu.

Hasibuan, Malayu S.P. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan ketujuh belas. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar. 2007. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Flippo, Edwin B. 2012. Manajemen Personalia, Edisi Ke Enam, Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Tidak ada komentar :

Posting Komentar